Tak hanya dipajang di pot untuk
penghias teras, pak sien hwa-sebutan euphorbia di China-ternyata juga
cantik dipelihara sebagai border di taman. Apalagi tanaman ini tahan
’berjemur’ di bawah sengatan matahari. Tanaman ini pun termasuk adaptif
dan mampu bertahan hidup di sembarang lokasi serta tahan serangan hama
dan penyakit.
Awalnya, euphorbia tumbuh subur di
Madagaskar. Tempat hidupnya di daerah panas dan kering. Dari sanalah,
sekitar 2000 spesies yang berbeda diintroduksi sejak tahun 1821,
kemudian menyebar ke China hingga ke Thailand.
Berkat tangan para penyilang,
muncullah jenis-jenis baru. Sejak saat itu, si ratu bunga berduri ini
melanglang buana hingga ke Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Asia,
termasuk Indonesia. Sebutan euphorbia diambil dari nama seorang dokter
raja Juba dari kerajaan Mauritania di Afrika Utara, Euphorbus. Atas
jasanya, euphorbia yang tumbuh di gurun berpindah menjadi hiasan yang
cantik di rumah. Sosok tanaman sedang, tinggi sekitar 150 cm, dan lebar
100 cm dengan dompolan bunga hingga menyelimuti batang.
Bunga warna-warni dan bentuknya
bervariasi seolah menjadi magnet yang menarik perhatian siapa saja yang
memandanginya, tak terkecuali Murtadji, pemilik SM Garden di Kediri.
Lewat kecintaannya dengan euphorbia, maka saat ini Murtadji berhasil
mengembangkan hobinya itu jadi suatu peluang bisnis yang menguntungkan
hingga saat ini. Murtadji mengatakan, euphorbia memiliki penampilan yang
menawan dibandingkan dengan jenis tanaman hias lainnya, seperti
anthurium, aglaonema, dan adenium. Warna bunganya beraneka ragam, tapi
dominan memiliki warna merah, kuning, hijau,dan putih dengan hiasan
strip atau bercak di setiap petalnya. Tajuknya bagus, rimbun, dan
kompak, sehingga menjadi daya tarik lain.
Bentuk bunga euphorbia menyerupai
angka delapan dengan beragam variasi. Mahkota bunganya ada yang bulat,
bulat lancip, oval, dan berbentuk hati dengan posisi saling menumpuk,
menyilang atau bersinggungan. Tak hanya bentuk, ukuran bunga pun ada
yang kecil seukuran kancing baju (diameter 2 cm) hingga sebesar koin
seratus rupiah (diameter 4-5 cm). Dompolan bunga beragam, mulai dari
sedikit (4-5 bunga), sedang (6-15 bunga), sampai banyak (> 16
bunga). Menurut Murtadji, ada beberapa faktor yang mesti diperhatikan
sebelum memelihara si ratu bunga ini, yaitu lokasi, sinar matahari,
iklim atau cuaca, sirkulasi udara, media tumbuh, dan air.
Tanaman ini cukup adaptif di
berbagai daerah. Artinya, euphorbia dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik di dataran rendah hingga tinggi (0-1200 m dpl).
Di dataran rendah (< 300 m
dpl) membuat tanaman ini tumbuh lebih cepat, karena udara hangat dan
matahari bersinar lebih lama untuk membantu proses fotosintesis.
Lingkungan yang bersih dan terbebas dari polusi sangat dibutuhkannya
untuk pertumbuhan dan pembungaan. ”Euphorbia akan sulit berbunga
serempak, bahkan malas berbunga kalau udara di sekitarnya sudah
terpolusi,” ujar pria yang menekuni bisnis euphorbia sekitar dua tahun
yang lalu ini. ”Di dataran tinggi (>300 m dpl), euphorbia masih
bisa tumbuh subur, meski agak lambat,” lanjutnya.
Idealnya, tanaman ini membutuhkan
sinar matahari dengan intensitas 70-80% selama 6-8 jam atau hari.
Tanaman ini pun akan berbunga lebih banyak di musim hujan dibanding
kemarau, karena saat itu lingkungan cukup mendukung, sehingga kualitas
bunga lebih baik daripada musim panas.
Untuk itulah penempatannya harus
tepat, tidak boleh terkena sinar matahari langsung terlalu lama, karena
terlalu lama ’berjemur’ di bawah sinar matahri dapat menghanguskan
pucuk-pucuknya. Terlalu teduh pun dapat berdampak tanaman lambat tumbuh
dan bunga yang muncul tak banyak. Penanaman skala besar dapat memakai
net 70% untuk menahan intensitas sinar matahari. Sebaiknya, lanjut
Murtadji, hindari tempat yang sering mendapat guyuran air hujan, karena
tanaman menjadi rusak dan malas berbunga. Euphorbia juga kurang optimal
menyerap hara bila lingkungannya bersikulasi udara jelek, meski mendapat
sinar matahari.
Di lokasi yang lembab pun malah
memicu munculnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Media TumbuhDi
alam, euphorbia tumbuh di tempat yang kering dan porous, sehingga media
tanam apa pun dapat dipakai untuk menanam euphorbia, asalkan porousitas
dan drainasenya bagus. Beberapa bahan media tanam euphorbia terdiri dari
sekam bakar, pakis, cocopeat, pasir Malang, dan pupuk kandang.
Komposisi media tanam beragam, tergantung pengalaman dan lokasi
setempat. Upayakan media ber-pH netral (6,5-7) dan steril.
Penanaman di pot plastik sebaiknya
memasukkan potongan styrofoam sebanyak 25% tinggi pot untuk membantu
sirkulasi udara di media sekaligus membuang kelebihan air, sehingga
media tidak lembab.
Air untuk euphorbia masih cukup
penting untuk pertumbuhan akar, cabang, daun, dan bunganya. Namun
terlalu banyak memberi air mengakibatkan akar busuk ditandai berwarna
coklat, lembek seperti bubur. Sebaliknya, jika penyiraman jarang
dilakukan, tanaman mengalami dehidrasi alias kekurangan air. Cirinya,
batang mengkerut, daun menguning, mudah rontok, dan sosok tanaman
menjadi kerdil. Apabila hal itu dibiarkan, lambat laun tanaman tumbuh
tumbuh merana dan mati. Idealnya, penyiraman dilakukan sehari sekali
pada musim hujan, dua kali sehari pada musim kemarau) atau bila media
sudah kelihatan kering. Waktu penyiraman, yaitu pagi hari pukul
08.00-09.00 atau sore hari pukul 15.00-16.00.
Memilih Euphorbia
Banyaknya jenis euphorbia membuat
para hobbies leluasa memilih sesuai dengan selera. Meski demikian, kata
Murtadji, sebagai pembeli sebaiknya mampu mencermati euphorbia yang
dibeli, supaya nantinya tak kecewa, karena ternyata tanaman kurang
bermutu bagus.
Agar tak salah pilih, ada beberapa
hal yang mesti diketahui saat akan memilih dan membeli euphorbia, yaitu
:- Carilah penjual yang menyediakan euphorbia berkualitas bagus.Untuk
mengetahui kredibilitas penjual dapat mencari informasi dari media,
seperti majalah atau teman yang sudah datang ke nurserinya. Penjual yang
berpengalaman biasanya mampu menjelaskan jenis, sifat, dan
asal-usulnya.
Informasi perawatan juga sebaiknya
ditanyakan untuk memudahkan pemeliharaan di rumah.- Meski selera
penghobi berbeda-beda, sebaiknya memilih euphorbia yang rajin berbunga,
karena bentuk bunga, warna bunga, dan dompolan bunga merupakan keindahan
tanaman asal Madagaskar ini. Apalagi, bunganya tak gampang rontok.-
Tanyakan asal-usul euphorbia, terutama cara perbanyakannya.
Euphorbia yang berasal dari bibit
setek umumnya cepat berbunga dibanding tanaman yang berasal dari biji.
Lagipula, kualitas bibit asal setek memiliki sifat yang sama dengan
induknya. Lain halnya dengan bibit asal biji cenderung menyimpang dari
sifat induk, kecuali penyilang melakukan persilangan yang sudah terarah.
Apabila memilih bibit asal sambung, pastikan batang atas berasal dari
jenis yang berpenampilan bagus.- Ukuran bibit menentukan harganya. Bagi
yang berkantung cekak dapat memilih bibit muda, karena berharga murah.
Namun tanaman seperti ini butuh
waktu untuk berbunga lebat. Apabila tak sabar ingin menikmati bunga
euphorbia dan memiliki cukup uang, beli tanaman yang sudah besar dengan
tajuk bagus dan bunga lebat. [cher]
Euphorbia pun Bisa ’Kawin’
Variasi bunga euphorbia cukup
banyak. Di alam, penyerbukan alami dibantu serangga, seperti lebah.
Kini, berkat upaya kawin silang muncul beragam jenis baru euphorbia
dengan penampilan yang cukup spektakuler. Berbekal induk dan pengetahuan
yang cukup, profesi menjadi ’penghulu’ euphorbia bisa dilakukan siapa
saja. Apalagi si mahkota berduri ini termasuk tipe berbunga sempurna.
Maksudnya, serbuk sari (jantan) dan putik (betina) berada dalam satu
bunga.
Dengan seleksi induk, mungkin saja bakal diperoleh jenis baru yang lebih bagus dan berbeda dengan induknya.
Adapun tahapan ’kawin’ euphorbia antara lain :
* Siapkan euphorbia yang sedang
berbunga. Bunga mekar untuk penyerbukan sekitar 3-4 hari sejak kuncup,
dicirikan kepala putik diselimuti lendir, sehingga terasa lengket bila
dipegang tangan. Pisahkan di tempat yang aman agar tidak diserbuki oleh
serangga.
* Ambil serbuk sari dari bunga
euphorbia lain, lalu tempelkan ke kepala putik. Lakukan berulang-ulang
sampai serbuk sari benar-benar habis dan melekat di kepala putik. Cotton
bud bisa dipakai untuk membantu penyerbukan. Hanya kelemahannya kadang
masih ada serbuk sari tersisa di kapas, sehingga tak menyerbuki sempurna
ke putik. Waktu penyerbukan pada pagi hari pukul 09.00 saat matahari
belum panas dan tanaman sedang dalam proses fotosintesis.
* Setelah 3-6 hari sejak
penyerbukan, bunga akan layu dan rontok. Penyerbukan berhasil bila
muncul benjolan hijau di pangkal putik.
* Bakal buah akan membesar dan masak berbentuk seperti kapsul.
* Seminggu kemudian buah matang
yang ditandai dengan kulit mengering dan warna coklat tua. Segera petik
buahnya pada pagi hari, karena jika matahari sudah tinggi, biji-biji
yang tersimpan di tempurung buah menjadi kering dan pecah, sehingga biji
terpelanting ke tanah. [cher]
Pulihkan Euphorbia Impor dari Perjalanan Jauh
Salah satu keutamaan Murtadji dalam
menekuni bisnis euphorbianya adalah ia langsung mengimpor euphorbia
dari Thailand. Ia mengaku, tak mudah mengimpor euphorbia dari Thailand
dan menyimpannya dalam waktu lama, karena adanya beberapa prosedur yang
harus dilalui. Euphorbia impor dari Thailand tersebut berada dalam
kemasan kotak karton dan setiap batang dibungkus dengan kertas.
Euphorbia impor bermediakan
cocopeat yang kering. Perjalanan dari bandara Suvarnabhumi Thailand
hingga mencapai bandara Juanda Surabaya diperlukan 1 hari dengan
menggunakan maskapai penerbangan Thailand.
Namun kalau memakai maskapai
penerbangan lokal, perjalanan bisa ditempuh hingga dua hari. Jadi, mulai
dari proses pengepakan hingga mencapai Kediri, euphorbia berada dalam
kotak selama kurang lebih 2-3 hari. Menurut Murtadji, hal ini
mengakibatkan euphorbia menjadi layu dan rontok daun.
Demi memulihkan kondisi euphorbia
tersebut, sebelum proses penanaman Murtadji mencelupkan media euphorbia
yang berupa cocopeat kering ke dalam larutan air dan atonik. Sementara
untuk media tanam, ia menggunakan campuran kompos kambing, sekam bakar,
cocopeat, dan sekam bakar dengan perbandingan 2:2:2:1 agar media porous.
Upayakan media ber-PH netral (6,5-7) dan steril.
Media taman euphorbia harus porous
agar air dapat mengalir langsung ke bawah, karena bila media terlalu
banyak menahan air dapat menyebabkan busuk akar.
Kebun yang digunakan Murtadji untuk
area tanam euphorbia merupakan bekas kolam ikan. Bekas kolam ikan ini
dianggap Murtadji sebagai lokasi yang ideal untuknya menumbuhkan
euphorbia, karena memiliki sirkulasi udara yang bagus. Euphorbia dapat
tumbuh dengan baik di lingkungan yang memiliki sirkulasi udara yang
bagus. Penyiraman dilakukan ketika matahari belum terbit dan ketika
matahari belum bersinar. Ini dilakukan untuk menjaga kelembaban tanaman.
Bila euphorbia disiram pada siang hari dapat menyebabkan tanaman
hangus. Kemudian untuk mengurangi intensitas sinar matahari sebaiknya
dipasang paranet di kebun.
Untuk pemulihan euphorbia, lanjut
Murtadji, sebaiknya intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman
dikurangi hingga 80%. Terlalu banyak sinar matahari bisa mengakibatkan
pucuk-pucuk daun euphorbia menjadi hangus. Namun terlalu teduh juga bisa
mengakibatkan euphorbia tumbuh lambat. Curah hujan juga dapat
mengakibatkan euphorbia rusak dan malas berbunga. [cher]
Sumber : http://tabloidgallery.wordpress.com/